Langsung ke konten utama

Membayar suatu keinginan

Dan dalam waktu yang bersamaan dikala susah bercampur senang, dikala ada sebagian yang tak merasakan apa-apa namun disisi yang lainnya sedang gundah, maka yang tak merasakan apa-apa itu sebenarnya ia merasa namun ia terus berlari darinya. Tak kuat menahan asa sehingga ia tak mau ambil pusing atas segala sesuatu yang menimpanya, dialah orang-orang yang dalam pelariannya merasakan kegeliahan sekalipun ia tak meraakan beban. Dalam sejarah sepanjang kehidupannya ia terus berlari tanpa arah yang pasti, mencoba berusaha menghindari banyak lubang sekalipun lubang itu tak dapat ia hindari, dengan sekuat tenaga menahan amarah tetap saja tergelincir.

 

Disisi yang lain ada sebagian yang membutuhkan ia walau tak berharga setidaknya ia adalah harapan, namun yang diharapkannya itu tak mempunyai harapan yang pasti dengan hidupnya sendiri. Berjalan tanpa arah dan terombang-ambing oleh derasnya gelombang kehidupan, tak ada kendali yang ia dapati.

 

Perangainya semakin hari kian buruk, menjerit dalam hati menyesal dalam dada. Gelapnya hari-hari semakin menambah gelapnya hati. Cahaya itu tlah redup, redup diterpa sesuatu yang memudahkan ia untuk semakin terjatuh kedalam jurang, jurang yang memakan wajahnya menenggelamkan dirinya, menutupi semua kekurangan tanpa ada kelebihan yang berarti pada dirinya.

 

Dalam pikiran sudah tak tentu, tak terfokus dengan apa yang ia tuju, hidupnya semakin malas tak bergairah, lesu dan semakin payah. Inilah yang terus menghinggapi dirinya yang selalu saja rasa putus asa itu kian menyesakkan dada. Keinginanya memang selalu tercapai hanya saja tiap kali keinginan itu tercapai maka seperti harus membayarnya dengan kemiskinan hati. Hati yang miskin ini seperti terlilit oleh hutang. Tak nyaman, tak tentram.

 

Waspadalah jika meminta sesuatu, berhati-hatilah jika punya keinginan. Maka jika keinginanmu telah tercapai, itu tidaklah cuma-cuma dan tentu saja kau harus membayarnya dengan hati. dan jikalau hatimu miskin tentunya hidupmu akan dipenuhi dengan segala kesulitan diri, yang pasti uring-uringan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinar Sudut Senja

Aku telusuri jejak tapak bungkam arti senja di sore hari masih terasa tersakiti Menutup makna atas kecewa sore melintas senja tapak cerita tentang apapun yang dikata Masih terasa dalam benak pikiran ini terlalu kelam antara rindu dan dendam kau pergi aku terdiam Masih aku lintasi jalan yang dulu aku telusuri namun sendiri disekitarnya semakin terpadati buah logika kala memelas diri Hati selalu saja berkata terkadang juga tidak bisa terima tak tersudah ini kecewa Pikiran ancam diri sudahlah ini tak berarti tetap saja ketika hati ingin dan melintasi jalur lintas memori akan tetap aku telusuri Senja dan sore saksi asa biar suasana ini tetap ada waktu tak bisa disangka baik buruk peluh nestapa kan ada bunga disudut sarana aku berharap dia menggantikanya menutup mata mengobati luka tak banyak yang bisa aku kata 03Juni2012_resapahlevi_

Makin Memborok

Ini masa sulit Bukan...tapi agak berbelit Dan sedikit rumit Agak sedikit sakit Lelah tidak Tapi memang belum ada solusi Mengeluh adalah manusiawi Jalan buntu sukar bertindak Dalam hidup sudah biasa Adakala makin parah Jika berhenti melangkah Ya itulah asa dan susah Banyak yang bilang Susah senang karena uang Nyata itu memang Maha beri uang Bukan beri ruang Masih ada yang munafik Tentu matahari berbalik Tak akan ada jalan yang paling baik Selain untuk tidak terpublik Berkaca diri Menelaah ke dalam hati Masih jauh dari yg terdiri Memang masih kotor terakui sadar akan sebab ini terjadi Dampak dari kesenangan Hanya menambah penyesalan Benalukan penderitaan Kepada yg paling rentan Ia adalah cintanya Entah siapa yg benalu Atas cinta dan tipu Senang dibayar susah Lalu berkata baiklah Akui salah ambil hikmah Hanya semoga Cuma doa Dan usaha semampunya Membayar cicil demi upaya Melunasi bahagia

Kisah Dari Selatan

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah lama yang ku alami saat denganya saat kali pertama bertemu di selatan jakarta Bertatap muka senyum sapa jalan berkeliling roda dua Kalibata jembatanya jadi saksi lajunya roda menelusur senja, padat, gegap gempita bising tak kuasa bisa diterka suka cita penuh tawa Iringi roda terus berputar sesekali hati bergetar laju kereta lambat tak sabar di sudut stasiun aku menunggu dan bersandar Terik sinar kala itu senyum yang aku tunggu selama tiga minggu resah kala menunggu terik aku rasa penuh tipu Pasar minggu baru setahun yang lalu selatan jakarta memori kala itu lintas rindu tak menentu terkenang di hati selalu 02juni2012_rezapahlevi_